Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2018
Kagum dan berharap lebih tanpa pergerakan adalah jalan sunyi yang harus aku tempuh.. —Wira Nagara.
Mata bukanlah satu-satunya perantara yang membuat cinta merasuk ke dalam hati. Tidak jarang terjadi, cinta terlahir dari kata yang terucap dan gema keindahannya memasuki telingan batin serta jiwa yang damai dan bijaksana.
Aku ingin melebur bersama udara yang kau hirup ke dalam tubuhmu. Ingin kulihat bagaimana organ-organmu bekerja; hingga mampu melukaiku sebegitu sakitnya.
Teruntuk yang terluka, sembuhkanlah. Teruntuk yang ditinggalkan, kuatkanlah. Teruntuk yang hilang, pertemukanlah. Teruntuk yang pergi, kembalilah.
Kau adalah seni yang tak bisa dibiaskan. Hadirmu cukup untuk kupandang dari kejauhan.
Hai kekasih. Kau yang jauh namun dekat. Yang luka namun bahagia. Kau yang tega membuatku menderita. Selamat bahagia, Semoga tak pernah sedikitpun kekasihmu menyia-nyia. Dariku, rasa yang tepat di takdir yang salah.
Sudah takkan bisa lagi kutemukan sumur cintamu, aku sudah sampai pada dasar kerinduanmu.
Kau pernah berkata padaku. "Aku yakin kaulah orangnya" Hati-hati dengan keyakinan, Jangankan pada seseorang, Pada diri kita kerap kali berdusta.
Aku bukan kekasihmu, Tapi kau tetap menjadi kekasihku. Hatimu tak pernah terisi olehku, Tapi hatiku selalu penuh dengan dirimu. Hadirmu menerangkan gelap malam, Yang kian terang benderang. Sampai aku bagaikan lilin yang terbakar oleh api itu sendiri. Kaulah apinya! Seringkali ku pasrah terhadapNya, Namun terlalu megah cinta di hatiku. Aku tak percaya takdir di dunia, Segalanya semakin terlihat fana, Semenjak kau beranjak dari kehidupanku, Dan kini kau telah dipijak oleh kekasih barumu. Disini aku menata dengan begitu rapih, Dengan mudah dirimu membuatnya rapuh. Tetap akan ku jaga perasaan ini, Hingga aku menuju tempat pemberhentian, Dimana aku tak lagi mencintaimu. Namun aku sudah lebur dengan cintamu.
Terima Kasih atas pertemuan terakhir kala itu. Aku sungguh sangat bahagia, Tak menyangka bahwa semesta mengantarkan doa untuk sampai padamu. Namun sekarang ku lebih tahu, Apa yang telah disampaikan Tuhan padaku, Sungguh hatiku terbakar oleh kebaikanmu, Kepadaku, kau yang tak pernah berkabar. Untukmu, biar aku saja yang mencintaimu. Untuknya, semoga ia tak menyia-nyiakan permata surga dunia. Dariku, semoga kau bahagia. آمِينَ Ilya.
Betapa beruntung hati yang menjadi tempat bernaungnya cinta. Karena cinta membuat hati lupa akan dunia!
Malam adalah kawan terpercaya bagi semua pecinta.
Tak ada halangan bagi sang pecinta, Untuk menempuh jalan menuju sang kekasih.
Di dalam cinta, kedekatan yang terlalu dekat Sangatlah berbahaya bagi sepasang kekasih.
SIAPA SAJA YG TABAH TERHADAP PENDERITAAN DI DUNIA MANUSIA, IA AKAN BERGEMBIRA DAN HIDUP MULIA DI DUNIA INI.
Do'aku di hari Ibu adalah, Ibuku dan ibumu kelak besanan.
Selamat hari Ibu. Ibu dari anak-anakku.
Islam itu damai, Sedangkan aku masih saja sulit berdamai. Dengan diriku sendiri. Apakah aku masih diterima Allah?
Ada luka yang teriris di sela-sela gerimis. Mengingatmu yang tak lagi manis namun rindu ini tak kunjung habis.
Jika kau bukanlah sosok bidadari yang diantar Tuhan untukku, lalu mengapa dengan begitu megahnya perasaan cinta dihatiku Ia benamkan didalam diriku?
Semua terlihat sempurna saat kau pergi dari hatiku, sebab tak lagi bisa ku temui siapakah aku didalam diriku.
Aku amat kecil. Hampir-hampir tak terlihat. Bagaimana aku bisa memiliki cinta di hatiku yang sangat agung ada dalam diriku? Lihat matamu. Kecil, bukan? Tapi ia lihat benda-benda besar.
Wahai para pecinta, Mau ke mana kalian? Siapa yang kalian cari? Kekasihmu berada di sini.
Bila kau butuh telinga tuk mendengar, Bahu tuk bersandar, raga tuk berlindung. Pasti kau temukanku di garis terdepan, Bertepuk dengan sebelah tangan.

Kaulah Layla-ku

Sepanjang waktu tiada henti-henti kau menyiksaku. Tapi kejelitaanmu membuatku terus memaafkanmu. Aku hanyalah lampu, sementara kau matahari. Sinaranmu menaklukkan cahayaku yang lampai. Matamu yang tajam membuat api pun cemburu. Tulip dan mawar pudar ketika bertemu denganmu. Terpisah? Tak akan pernah! Aku bersumpah kepadamu, Untuk terus mencintai dan berharap sepanjang waktu. Kutahankan siksamu pada hari-hariku. Kalau aku mati, segala anugerah siksa itu, Akan berubah darah, membanjir ke segala penjuru.
Banyak pendosa Banyak pula pendoa Banyak yang salah Banyak pula orang yang saleh Banyak yang tengah gelisah Banyak pula yang hanya bisa pasrah Semuanya dikasihi olehNya.
Setertambatnya hatiku padamu, Aku harus lebih ikhlas menerimamu. Aku bagai Majnun dan kau Layla.
Jika hujan adalah rindu, Maafkan aku yang lupa berteduh.
Aku tahan saja rasa rindu ini, Karena aku tahu dirimu adalah payung, sedangkan rinduku adalah hujan. —Percuma.
Tetap membaik, Yang pergi jangan dicari, Yang hilang biar usang, Yang singgah semoga betah, Yang tinggal tidak ter-tanggal, Kepada diri sendiri, Tetaplah mengagumkan untuk hidup yang tengah diperjuangkan.
Berbahagialah.
Kenapa kalo orang bekerja itu lelah? Bukankah "Jika pekerjaan sudah kamu cintai, maka lelah tak akan berarti". Ya karena yang mencintai itu cuma kita saja, tapi pekerjaan tidak akan pernah mencintai kita. Cinta sendirian itu sungguh melelahkan daripada pekerjaan.
Kasihan melihat para pekerja. Demi uang, ia gadaikan jati dirinya. Demi uang, ia gadaikan waktu kebersamaannya. Demi uang, ia gadaikan ruang kebebasannya. Demi uang, dirinya tiada.
Cinta tidak selalu menciptakan pernikahan. Sebab ada hal lain yang disebut kebahagiaan melihat orang terkasih berbahagia. Meski tanpa kita.
Kuikat simpul kau dengan doa, begitulah sebaik baik aku menempuhmu.
Rindu ini kubiarkan getar dan senyap, Tanpa bunyi dering yang terucap, Agar malam-malammu bisa tidur dengan lelap.
Ada banyak cara untuk bunuh diri, salah satunya membiarkan kamu pergi. —Usman Arrumy
Bulan di penghujung tahun, Selamat bertemu desember. Setiap pertemuan selalu ada rindu yang baru tersemai, Setiap perpisahan selalu ada kesedihan. Keduanya, larut bersamayam dalam satu bulan, Sebuah isyarat penuh keberkahan. —Desember.
Janganlah kamu jadi orang yang baik, jadilah orang yang mulia.
Beruntung kita hidup di zaman millenial. Karena semua kehancuran di dunia sudah ada, Tinggal kita yang di (maiyah) sini jangan sampai berada disana. —Emha Ainun Nadjib Malang 02 Desember 2018, Dusun Blambangan, Kec. Bululawang.