Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2019
Aku tidak meminta sesuatu yang membuat aku bahagia Tuhan, Tapi kuatkanlah aku menghadapi sesuatu yang membuat ku rapuh.
Bahkan lebih terang dari fajar, Senyumanmu menyinari hariku. Aku tidak peduli dengan cuaca langit hari ini, Sebab suasana hatiku tergantung keadaanmu.
Dia akan berbalik menyukaimu. Nanti; saat sadar pilihannya tak sebaik yang dia kira, saat kau mulai pelan-pelan melupakannya.
Kita merasa kehilangan Sebab kita rasa memiliki. Hilangkanlah tentang kepemilikan, Termasuk diri ini, tak perlu dimiliki juga rasa peduli. Yang tersisa hanyalah aku.
Pelan-pelan aku "belajar bersama" tiga saudaraku dan aku dan satu pancerku. Juga aku tidak peduli tidak dipahami oleh siapapun. Aku hidup bukan untuk dipahami. Hidup aku untuk memahami.
Pada akhirnya suatu saat blog ini akan ditinggalkan oleh pemiliknya. Maka dari itu, maaf yang paling dalam untuk semua yang telah meluangkan untuk membaca tulisanku. Yang tersakiti karena tulisanku. Memang begitu nyata adanya.
"Belajarlah mencintai apa yang tidak anda cintai, Dan cintailah apa yang tidak anda cintai." Adalah cara mencintai tanpa dicintai. —Emha Ainun Nadjib
Ketika malam bertabur kabut, Kalimah thayyibah bergumam ritmis. Ya robbi ya Illahi, semesta bertasbih. Dalam gelap berselimut misteri, Dalam takdir kusebut nama Illahi. Ku tengadahkan inginku keatas langit, Kuterbangkan doa-doa menuju sang Maha Suci. #MaiyahMojokerto
Dari rahim sepi, terlahir anak sunyi yang sendiri. Diam menatap hati tak berpenghuni. Cerah, namun muram mengelilingi. Terik, namun dingin menyelimuti. Aku memeliharanya dengan senyap. Apa kau tak ingin mendekapnya walau sekejap?
Berkatalah kepada dirimu sendiri, "Aku ini orang tidak baik" Maka pekerjaanku yg terpenting adalah membuat kebaikan. Karena sebabnya aku ini orang tidak baik. —Emha Ainun Nadjib
Seseorang akan benar-benar dihargai ketika ia merasa tak memiliki harga lagi.
Mereka lupa. Ketika mengatakan kepadaku "LUPAKANLAH DIA!", Mereka justru mengingatkanku kepadanya. —Gus Mus
Aku terbiasa menunggu senja Menikmati renjana di tengah rindu Sesekali menulis puisi tentangmu Kini pun semua tetap sama Aku dan segala kesukaanku Abadi bersama cinta yang tak bersatu Hanya bisa terpaku, ketika desiran kelebat bayangmu berlalu tanpa mampu aku rengkuh. Ada rasa yang membuncah resah hati tertikam yang tak tersemai bibit asa. Kucoba tenangkan sekeping asa yang masih tersisa, walau sadar ku kan kecewa. Rindu seketika laksana peluru, Yang menghujani relung hatiku, Ketika aku dan kau; terpisah jarak dan waktu. Buntu. Semua lika-liku menjelma semu. Di sudut nestapa, harap tak lagi bersua. Sukmaku ikut kelana jua, Tiada sisa; hanya hati yang terluka.
Dirimu serupa dengan senja, Yang tak kunjung malam dihidupku.
Kamu dimana? Ada aku yang masih disini. Kamu kenapa menghilang? Maafkan aku, yang dengan sengaja mengungkap torehan luka atasmu. Aku terima, aku yang lain takbisa. Kembalilah, aku rindu. Terbitlah, walau hanya pada layar kaca. Agar hidupku kembali bergairah, untuk menjalani hidup yang penuh keputus-asa'an. Ilya ❤️
Hai. Aku rindu, titik.